.

Khutbah Jum’at : Tiga Golongan Yang Di Laknat Allah Ta’ala

 ROMADHON.ID, TANJUNG ENIM - إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
قال تعالى:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ
ثُمَّ أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Setiap orang pasti berkenginan untuk mendapatkan tempat mulia di akhirat. Diperhatikan oleh Allah Ta’ala, diajak bicara oleh Allah Ta’ala dan dibersihkan dari dosa dosa serta dimasukkan ke dalam surga. Sungguh itu adalah kenikmatan yang paling agung.
Tetapi ada tiga golongan yang mereka masih termasuk dari hamba Allah Ta’ala. Tetapi mereka tidak mendapatkan perhatian dari Nya. Allah Ta’ala tidak melihatnya yaitu pandangan ridha,  dan tidak diajak bicara oleh Allah Ta’ala. Sementara bagi mereka adzab yang pedih. Mereka itu Rasulullah SAW sebutkan dalam hadsit beliau;
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- « ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ – قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ – وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ »
Dari Abu Hurairah RA berkata. Bersabda Rasulullah SAW: “Tiga golongan yang tidak Allah ajak bicara pada hari kiamat. Tidak disucikan mereka – berkata Abu Mu’awiyah, dan tidaklah Allah melihat kepada mereka – dan bagi mereka adzab yang pedih. Orang tua yang berzina, penguasa yang dusta, dan orang miskin yang sombong.” HR. Muslim.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Yang pertama adalah; orang tua yang berzina.

Perzinaan adalah dosa yang besar. Bahkan hukuman bagi mereka yang melakukannya dan belum menikah dicambuk seratus kali kemudian diasingkan selama setahun. Sedangkan bagi mereka yang telah berkeluarga, hukumannya adalah dirajam hingga mati. Dan kedua hukuman tersebut ketika dilaksanakan harus disaksikan kaum muslimin atau ditempat terbuka.
Meski demikian, ada zina yang dosanya lebih besar. Yaitu perzinaan yang dilakukan oleh orang yang sudah tua, umur sudah lima puluh tahun lebih, tulang tulang sudah rapuh sementara kulit sudah keriput.
Sisa umur yang seharusnya digunakan untuk melakukan ketaatan dengan berbagai ibadah, justru untuk maksiat kepada Allah Ta’ala. Maka  Allah lipat gandakan dosanya karena susah payahnya dalam melaksanakan dosa.

Kedua; Raja atau pemimpin yang dusta.

Kepemimpinan dalam Islam adalah amanah. Bukan ajang untuk mencari ketenaran dan popularitas. Bukan pula ajang untuk menumpuk numpuk kekayaan hingga tujuh generasi. Bukan pula sebuah kedudukan yang disombongkan. Tetapi ia adalah amanah untuk mengatur rakyat seseuai dengan kehendak Allah Ta’ala. Mensejahterakan mereka dengan panduan Al-Qur’an dan Sunnah. Menuntun mereka ke jalan kebenaran dengan dakwah. Dan menjaga perbatasan kaum muslimin dari berbagai gangguan-gangguan keamanan.
Bagi para pemimpin yang amanah dan dapat berbuat adil Allah janjikan nanungan di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Ia akan mendapat do’a kebaikan dari rakyatnya. Dan akhirat mendapat jannah dengan segala kenikmatannya.
Tetapi jika pemimpin berbuat dzalim pada rakyatnya. Tidak memegang amanah yang telah diberikan. Menipu rakyat dengan pencitraan, maka ancaman Allah dalam hadist di atas berlaku pada mereka.
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ
“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi).
Diantara tanda akhir zaman adalah munculnya para pemimpin yang menipu rakyat. Berpenampilan merakyat. Peduli pada orang orang kecil. Peka terhadap kebutuhan mereka. tetapi itu hanya retorika di depan kamera. Para pemimpin berpihak pada bos-bos besar. Mereka jual aset negeri, menaikkan BBM berkali kali, mencabut subsidi Listrik, menaikkan pajak di berbagai lininya dan menambah beban kehidupan rakyat.
Para pemimpin yang khianat tersebut diancam dengan sabda Rasulullah SAW;
أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ
Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR. Ahmad)
مَنِ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يُحِطْهَا بِنُصْحٍ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ. متفق عليه. وفي لفظ: يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاسِ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kepemimpinan adalah amanah. Tidak boleh diberikan kepada mereka yang lemah secara kemampuan dan mereka yang memintanya dengan rakus. Tetapi ia diberikan kepada mereka yang mampu dan amanah.
Satu ketika Abu Dzar sengaja mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta sebuah jabatan untuk dirinya sendiri. Pada saat itu, Abu Dzar mengatakan kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, tidakkah Anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat).” .
Mendengar pernyataan dan permintaan dari Abu Dzar tersebut. Rasulullah SAWtersenyum sembari menepuk-nepuk pundaknya. “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau seorang yang lemah dan sesungguhnya jabatan itu adalah suatu amanah, dan sesungguhnya ia adalah kehinaan dan penyesalan di hari kiamat kecuali yang menjalankannya dengan baik dan melaksanakan tanggungjawabnya.” (HR. Muslim).
Maka sikap seorang muslim adalah berusaha untuk amar ma’ruf nahi munkar kepada para pemimpin yang dhalim dan khianat. Karena jihad yang paling besar adalah mengucapkan kebenaran kepada penguasa yang berbuat dosa.
Rasulullah SAW bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zhalim.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Jika dakwah kepada mereka sudah dilakukan dan ternyata tidak diterima dan bahkan dibalas dengan kriminalisasi, maka ummat harus menjauhi mereka. tidak mendukung kedzaliman yang mereka lakukan. Karena ridha terhadap kedzaliman akan mendapatkan dosa darinya. Rasulullah SAW bersabda;
Dari Ka’ab bin Ujroh RA ia berkata bahwa Rasulullah SAW keluar mendekati kami, lalu bersabda:
إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهمْ ، فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ حَوْضِي ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ
“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i).

Yang ketiga adalah; orang fakir yang sombong.

Orang yang sombong biasanya mereka yang Allah berikan harta atau kelebihan lainnya. Tetapi ada juga orang yang Allah tidak berikan harta dan kelebihan lainnya tetap berbuat sombong. Meremehkan manusia dan juga menolak kebenaran dan menghalang halangi manusia dari jalan kebenaran.
Imam An Nawawi dalam penjelasannya terhadap shahih Muslim berkata, “Orang fakir biasanya mereka yang tidak memiliki harta. padahal kesombongan itu biasanya disebabkan karena banyaknya kekayaan. Karena ia bisa berbangga dengannya dan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Maka mengherankan jika harta yang menjadi sebab kesombongan tidak dimiliki seseorang tetap berbuat sombong dan merehkan orang lain?”
Maka jika Allah mentakdirkan anda menjadi orang yang berlebih dalam urusan harta, bersyukurlah dan jangan sombong. Rendah hatilah dan keluarkan sebagain harta untuk orang orang yang membutuhkan. Dan jika Allah Ta’ala takdirkan kita dalam keadaan fakir, bersabarlah dan jangan sombong. Lebutkan hati untuk siap menerima kebenaran. Dan terus dekatkan diri dengan para ustadz dan para ulama’. In syaAllah Allah akan berikan kelembutan hati dan mudah untuk menerima kebenaran.
Demikian khotbah jum’at yang dapat kami sampaikan. Ada benarnya datang dari Allah Ta’ala. Ada salahnya datang dari saya pribadi dan karena bisikan setan. Kami memohon ampun kepada Allah Ta’ala.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمنًا مُطْمَئِنًّا قَائِمًا بِشَرِيْعَتِكَ وَحُكْمِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمّ ارْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ، وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Khutbah Jum’at : Tiga Golongan Yang Di Laknat Allah Ta’ala"

Post a Comment