Akhir Hidup Beo Yang Menampar Seorang Ustadz
ROMADHON.ID, TANJUNG ENIM - Ada seorang ustadz yang memelihara burung. Apalagi burung tersebut sangat suka menirukan dirinya ketika ia berdzikir, menyebut nama Allah. Ketika ia melafalkan istighfar beo pun ikut istighfar. Ketika ia membaca hamdalah beo pun ikut membaca hamdalah. Ketika ia melafalkan tasbih beo tersebut juga ikut bertasbih
Ustadz tersebut juga tahu bahwa di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman;
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu “(QS. Al-Baqarah: 152).
Tentang dzikir, Tsabit Al-Banani pernah berkata, “Aku tahu kapan Allah mengingatku.” Orang-orang pun khawatir dengan ucapannya sehingga mereka pun bertanya, “Bagaimana kau tahu?” Tsabit menjawab, “Saat aku mengingat-Nya, maka Dia mengingatku.”
Berdzikir itu mendatangkan pahala, lebih menyenangkan lagi bila ada yang mengikuti langkah lisan kita. Tentu tidak hanya ketenangan yang didapatkan namun dapat bonus hiburan.
Suatu hari ada seorang murid yang melihat sang ustadz tersebut tampak murung—lebih tepatnya merenung. Wajahnya tampak tidak ceria sama sekali. Penasaran, ia pun bertanya kepada ustadz tersebut. Ternyata, sang ustadz kehilangan burung kesayangannya. Beo yang suka mengikutinya berdzikir itu telah mati.
“Apakah ustadz sangat kehilangan burung itu?” tanya santri itu.
Sang ustadz menggeleng.
“Lalu?”
“Saya merenung bukan karena kehilangannya. Saya hanya khawatir akhir hidup saya seperti beo itu. Semasa hidup beo suka berdzikir, namun ketika menjelang meninggal hanya berteriak ‘keekk..keekk..keekk’, “ terang sang ustadz merasa tertampar dengan kematian beo.
Sungguh, setiap manusia menginginkan hidupnya penuh berkah dengan berdzikir. Dan akhir hidup pun demikian, setiap manusia yang jiwanya sehat pasti menginginkan akhir hayat yang baik (husnul khatimah). Namun bagaimana jika nasib kita jika seperti burung beo tersebut? Semasa hidup mengucap dzikir hanya dalam lidah saja, hanya membeo saja tanpa merasuk ke dalam hati. Dan ketika mati tanpa ada sepatah kata pun melafalkan kalimat-kalimat Allah sama sekali.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapan dari hidupnya adalah laa ilaaha illallaah, pasti masuk surga” (HR. Abu Dawud dll, dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil)
Semoga kita terbiasa untuk mengingat Allah (dzikrullah) sehingga terbiasa hingga malaikat maut mencabut nyawa kita. Wallahua’lam.
Ustadz tersebut juga tahu bahwa di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman;
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu “(QS. Al-Baqarah: 152).
Tentang dzikir, Tsabit Al-Banani pernah berkata, “Aku tahu kapan Allah mengingatku.” Orang-orang pun khawatir dengan ucapannya sehingga mereka pun bertanya, “Bagaimana kau tahu?” Tsabit menjawab, “Saat aku mengingat-Nya, maka Dia mengingatku.”
Berdzikir itu mendatangkan pahala, lebih menyenangkan lagi bila ada yang mengikuti langkah lisan kita. Tentu tidak hanya ketenangan yang didapatkan namun dapat bonus hiburan.
Suatu hari ada seorang murid yang melihat sang ustadz tersebut tampak murung—lebih tepatnya merenung. Wajahnya tampak tidak ceria sama sekali. Penasaran, ia pun bertanya kepada ustadz tersebut. Ternyata, sang ustadz kehilangan burung kesayangannya. Beo yang suka mengikutinya berdzikir itu telah mati.
“Apakah ustadz sangat kehilangan burung itu?” tanya santri itu.
Sang ustadz menggeleng.
“Lalu?”
“Saya merenung bukan karena kehilangannya. Saya hanya khawatir akhir hidup saya seperti beo itu. Semasa hidup beo suka berdzikir, namun ketika menjelang meninggal hanya berteriak ‘keekk..keekk..keekk’, “ terang sang ustadz merasa tertampar dengan kematian beo.
Sungguh, setiap manusia menginginkan hidupnya penuh berkah dengan berdzikir. Dan akhir hidup pun demikian, setiap manusia yang jiwanya sehat pasti menginginkan akhir hayat yang baik (husnul khatimah). Namun bagaimana jika nasib kita jika seperti burung beo tersebut? Semasa hidup mengucap dzikir hanya dalam lidah saja, hanya membeo saja tanpa merasuk ke dalam hati. Dan ketika mati tanpa ada sepatah kata pun melafalkan kalimat-kalimat Allah sama sekali.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapan dari hidupnya adalah laa ilaaha illallaah, pasti masuk surga” (HR. Abu Dawud dll, dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil)
Semoga kita terbiasa untuk mengingat Allah (dzikrullah) sehingga terbiasa hingga malaikat maut mencabut nyawa kita. Wallahua’lam.
Loading...
0 Response to "Akhir Hidup Beo Yang Menampar Seorang Ustadz"
Post a Comment