Narasi Angka Dan Al-Quran : Kajian Integrasi Matematika Dalam Pelaksanaan Shalat
ROMADHON.ID, TANJUNG ENIM - Membicarakan angka, secara umum lekat dengan matematika. Sedangkan matematika sangat sulit untuk dijelaskan secara tepat. Pada umumnya orang awam hanya mengenal matematika berdasarkan operasinya yang meliputi tambah (+), kurang (-), kali (x) dan bagi (:) (Ayuasnantia:1).
[3]Andriyani (2008:67) juga menjelaskan pengertian matematika yang hampir sama dengan penjelasan tersebut di atas
[3]Andriyani (2008:67) juga menjelaskan pengertian matematika yang hampir sama dengan penjelasan tersebut di atas
“Pengertian matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung kapan pertanyaan itu dijawab, dimana dijawab, siapa yang menjawab dan apa saja yang dipandang, berbagai pendapat muncul tentang apa itu matematika sebagai ilmu tentang bilangan dan ruang:
matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan: matematika adalah ilmu deduktif: matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus pelayannya: matematika adalah bahasa simbol: matematika adalah bahasa numerik.”
Dalam tulisan ini, penulis memaknai tentang pengertian matematika yaitu matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus pelayannya: matematika adalah bahasa simbol. Semua pengertian yang diambil ini direlasikan dengan objek pembahasan yang terkait dengan agama. yaitu masalah perhitungan arah kiblat dan waktu salat umat Islam.
Matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus pelayan dalam perhitungan arah kiblat dan waktu salat, artinya sebagai ratu maka matematika dalam perkembangannya tidak dipengaruhi oleh perkembangan perhitungan arah kiblat dan waktu salat, sedangkan matematika sebagai pelayan dalam perhitungan arah kiblat dan waktu salat, berarti matematika memberikan dasar-dasar perhitungan arah kiblat dan waktu salat tersebut.
Matematika adalah bahasa simbol dalam perhitungan arah kiblat dan waktu salat, artinya dalam perhitungan arah kiblat dan waktu salat diperlukan sebuah bahasa dan simbol sebagai alat komunikasinya.
Berkaitan dengan bahasa Andriyani (2008:68) menjelaskan matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan terkait dengan arah kiblat dan waktu salat. Bahasa yang ingin disampaikan melalui matematika ini yang menurut penulis disebut dengan narasi.
Kembali ke fokus pembahasan terkait dengan tema, yang membahas tentang pelaksanaan salat yang akan direfleksikan sebagai integrasi matematika dan agama yang dimaknai sebagai narasi angka dan Al-Qur’an, maka pembahasan akan dimulai bahwa menjadi bagian dari seorang muslim yang taat dan patuh akan ajaran agamanya secara sungguh-sungguh.
Di antara ajaran agama yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim yaitu terkait dengan salat.
Salat dikerjakan oleh setiap orang muslim yaitu lima waktu sehari[4], dalam pelaksanaan tersebut ada aturan main yang harus diperhatikan.
Aturan main yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan salat diantaranya yaitu terkait dengan arah menghadap ketika pelaksanan salat. Terkait dengan arah kiblat, Allah telah menjelaskan dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 144
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.
Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Departemen Agama, 2005:23)
Berdasarkan ayat tersebut diatas, maka secara sederhana arah salat umat Islam yaitu mengarah ke Masjidil haram (Ka’bah)
[5]. Di sisi lain, Bumi dimodelkan atau dideskripsikan Bumi seperti bola
[6], dan hari ini Bumi didiskripsikan bukan seperti bola melainkan pipih di kedua kutubnya, dengan diameter kutub 12.713,56 KM, sedangkan diameter equatornya 12.756,28 KM (Purwanto, 2011:2-3).
Selaras dengan arah kiblat dan pendiskripsian bentuk Bumi tersebut, muslim di Indonesia menjalankan salat meyakini bahwa arah kiblat yang tepat yaitu ke arah barat serong ke utara dengan tingkat keserongan berrfariasi untuk masing-masing kota[7]
dan jika hal ini direlasikan dengan pemahaman bahwa Bumi ini berbentuk bola, maka sebenarnya jika salat umat Islam di Indonesia mengarah ke arah timur serong kesalatan (dari arah barat serong ke utara berputar ) maka sebenarnya tetap akan ketemu di Ka’bah.[8]
Narasi Matematika dan Al-Qur’an dalam Penentuan Arah Salat Umat Islam
Sebagaimana dijelaskan, matematika terkait dengan narasi dimaknai bahwa matematika sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan terkait dengan arah kiblat, yaitu ke arah mana orang harus menghadap ketika melaksanakan salat dari setiap tempat yang ada di Bumi ini sehingga orang Indonesia salat tidak ada yang mengahadap ke timur serong ke selatanbisa dijawab dan dijelaskan dengan menggunakan.
Berdasarkan hasil perhitungan arah kiblat dalam kajian ilmu Falak yang basis datanya adalah lintang dan bujur tempat (tempat yang akan dihitung dan Ka’bah)[9] dan menggunakan rumus[10] sebagai berikut:
Ternyata dapat diketahui bahwa Indonesia ke ka’bah jarak terdekat lewat ke barat serong ke utara, dibandingkan lewat timur serong ke selatan, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa arah kiblat orang Indonesia ke arah barat serong ke utara.
Sebagai contoh sebuah narasi angka dalam Al-Qur’an terkait dengan penetuan arah salat umat Islam yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut;
Analisis Narasi Tabel
Berdasarkan tabel di atas, yang akan kita analisis sebagai contoh yaitu nomor 4, dimana data lintang dan bujur tempat semua menggunakan satuan derajat, menit, dan detik dalam satuan sudut yang hal ini dipelajari dalam matematika. Berdasarkan hal ini, matematika telah memerankan posisinya sebagai bahasa yang setiap orang akan memahami maksud yang ingin disampaikan. Sedangkan dihasil perhitungan sendiri, juga demikian.
Berdasarkan uraian dari awal hingga akhir, dapat disimpulkan bahwa matematika dan agama tidak ada jurang pemisah. Hadirnya matematika mempermudah urusan agama, yang dalam perannya tersebut matematika selalu memberikan bahasa untuk dimengerti oleh setiap orang.
Ditulis oleh: Agus Solikin, S.Pd., M.S.I., Dosen Prodi Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya.
*Disampaikan dalam kuliah umum Prodi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Ahad, 25 Februari 2018
===============================================================
[3] Penjelasan ini terdapat dalam http://ayuasnantia.student.umm.ac.id/artikel-pendidikan/, di akses tanggal 21 April 2012 pukul 13.23 WIB
[4] Sehari ini di kajian matemtaika dipahami yaitu 24 jam, sedangkan di sisi lain dalam kehidupan masyarakat diktemukan bahwa 24 jam dipahami yaitu waktu satu hari satu malam. Terkait ini, penulis memahami satu hari sesuai dengan kajian yang ada dalam matematika
[5] Secara harfiah kiblat mempunyai pengertian arah kemana orang menghadap, karena dalam salat orang harus menghadap ka’bah maka ka’bah identik disebut dengan kiblat (Majelis tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2009:25-26).
[6] Pendiskripsian Bumi seperti bola berkembang sejak manusia berifikir Geosentris (Bumi sebagai pusat tata surya) maupun heliosenris (Pusat tata surya adalah Matahari).
[7] Bisa dilihat dalam fatwa MUI No 5 tahun 2010
[8] Pertanyaan ini adalah pertanyaan pertama yang akan diuraikan dalam makalah ini terkait dengan integrasi Matematttika dan Agama
[9] Terkait dengan penjelasan lintang dan bujur ini, lebih lanjut bisa dilihat dalam tulisan penulis dalam jurnal ADMATHEDU yang diterbitkan oleh Prodi pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dengan judul “Aplikasi Sistem Koordinat Dalam Penentuan Salat Umat Islam”
[10] Terkait rumus perhitungan arah kiblat ini bisa dilihat dalam tulisan penulis dalam jurnal MUST yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Matematika UMSurabaya dengan judul “Aplikasi Aturan Cosinus Dan Sinus Segitiga Bola Dalam Perhitungan Arah Kiblat (Sebuah Relasi Antara Matematika Dan Agama”
[11] Data yang ada dalam tabel ini diambilakan dari hasil tesis penulis dalam menempuh pendidikan S2.
Loading...
0 Response to "Narasi Angka Dan Al-Quran : Kajian Integrasi Matematika Dalam Pelaksanaan Shalat"
Post a Comment