Sejarawan Yahudi Ramal Israel Akan Hancur Dengan Sendirinya
ROMADHON.ID, TANJUNG ENIM - Sejarawan Israel Benny Morris mengungkapkan gambaran suram untuk akhir pemerintahan Israel atas tanah Palestina. Dalam satu kesempatan, ia bahkan menyebut akhir Israel hanya urusan waktu saja.
Ramalan semacam itu tampaknya tidak dianggap serius dalam panggung politik. Namun pandangan-pandangan Morris memiliki cukup pengaruh dan dipertimbangkan di Israel. Hal ini tak lepas dari perannya dalam mempelajari detail sejarah konflik Arab-Palestina dalam waktu yang cukup lama.
Benny Morris dikenal sebagai salah satu ‘Sejarawan Baru’ Israel. Istilah itu digunakan untuk menyebut kelompok sejarawan yang menyangkal riwayat Zionis terkait konflik dengan Arab. Kelompok ini juga mengakui banyak pembunuhan dan pengusiran yang dilakukan oleh Zionis.
Namun tidak semua sejarawan dalam kelompok itu yang menyebut Israel bertanggung jawab atas kejahatan sejarahnya. Mereka pun terlibat perselisihan dalam pendekatan penelitian yang dilakukan.
Salah satunya adalah Morris. Ia tidak melihat adanya masalah dari ‘pembersihan etnis’ yang dilakukan oleh Israel. Menurutnya, bangsa Yahudi punya hak untuk melakukan apapun dalam rangka melindungi diri sendiri.
Hanya saja, prediksi-prediksi Morris tetap jauh dari angan dan harapan sebagian besar orang di Israel. Bahkan saat ditanya soal kemampuan Israel untuk bertahan sebagai Negara Yahudi, ia mengaku tidak melihat adanya jalan keluar.
“Hari ini, jumlah bangsa Arab di antara Laut Mediterania dan Yordania lebih banyak daripada Yahudi. Mau tidak mau, seluruh wilayah ini suatu saat akan menjadi satu negara dengan mayoritas Arab,” katanya saat wawancara dengan Haaretz Israel, seperti dikutip dari Aljazeera, Selasa (29/01/2019).
“Israel masih mengaku diri sebagai Negara Yahudi. Namun tindakan kita terhadap bangsa yang dijajah tanpa memberi hak bukan sesuatu yang dapat bertahan di abad 21, dan dunia modern. Selama mereka belum diberi, maka Negara Yahudi tidak akan bertahan,” jelasnya.
Morris berpandangan, wilayah yang sekarang diduduki Israel pada akhirnya akan menjadi Negara Timur Tengah dengan bangsa Arab sebagai penduduk mayoritas. Namun tindak kekerasan di dalam negara itu akan meningkat.
“Arab akan menuntut para pengungsi yang diusir agar dipulangkan. Sementara Yahudi akan tetap menjadi minoritas kecil di tengah lautan Arab Palestina yang besar. Minoritas yang tertindas atau terbunuh, seperti kondisi mereka saat tinggal di negara-negara Arab zaman dulu. Dan Yahudi yang mampu, tentu akan kabur ke Amerika atau Eropa,” imbuhnya.
Selain itu, Morris juga meramalkan waktu di mana kondisi yang ia jelaskan tadi akan terjadi. Menurutnya, Palestina hanya melihat sesuatu dari perspektif jangka panjang, dengan pertimbangan saat ini ada lima hingga tujuh juta Yahudi di tengah jutaan Arab.
“Dengan begitu, tidak alasan bagi Palestina untuk menyerah karena Negara Yahudi tidak akan bertahan lama. Kemenangan pasti akan datang kepada mereka, dalam waktu 30 atau 50 tahun, mereka akan menang atas kita,” lanjutnya.
Ramalan semacam itu tampaknya tidak dianggap serius dalam panggung politik. Namun pandangan-pandangan Morris memiliki cukup pengaruh dan dipertimbangkan di Israel. Hal ini tak lepas dari perannya dalam mempelajari detail sejarah konflik Arab-Palestina dalam waktu yang cukup lama.
Benny Morris dikenal sebagai salah satu ‘Sejarawan Baru’ Israel. Istilah itu digunakan untuk menyebut kelompok sejarawan yang menyangkal riwayat Zionis terkait konflik dengan Arab. Kelompok ini juga mengakui banyak pembunuhan dan pengusiran yang dilakukan oleh Zionis.
Namun tidak semua sejarawan dalam kelompok itu yang menyebut Israel bertanggung jawab atas kejahatan sejarahnya. Mereka pun terlibat perselisihan dalam pendekatan penelitian yang dilakukan.
Salah satunya adalah Morris. Ia tidak melihat adanya masalah dari ‘pembersihan etnis’ yang dilakukan oleh Israel. Menurutnya, bangsa Yahudi punya hak untuk melakukan apapun dalam rangka melindungi diri sendiri.
Hanya saja, prediksi-prediksi Morris tetap jauh dari angan dan harapan sebagian besar orang di Israel. Bahkan saat ditanya soal kemampuan Israel untuk bertahan sebagai Negara Yahudi, ia mengaku tidak melihat adanya jalan keluar.
“Hari ini, jumlah bangsa Arab di antara Laut Mediterania dan Yordania lebih banyak daripada Yahudi. Mau tidak mau, seluruh wilayah ini suatu saat akan menjadi satu negara dengan mayoritas Arab,” katanya saat wawancara dengan Haaretz Israel, seperti dikutip dari Aljazeera, Selasa (29/01/2019).
“Israel masih mengaku diri sebagai Negara Yahudi. Namun tindakan kita terhadap bangsa yang dijajah tanpa memberi hak bukan sesuatu yang dapat bertahan di abad 21, dan dunia modern. Selama mereka belum diberi, maka Negara Yahudi tidak akan bertahan,” jelasnya.
Morris berpandangan, wilayah yang sekarang diduduki Israel pada akhirnya akan menjadi Negara Timur Tengah dengan bangsa Arab sebagai penduduk mayoritas. Namun tindak kekerasan di dalam negara itu akan meningkat.
“Arab akan menuntut para pengungsi yang diusir agar dipulangkan. Sementara Yahudi akan tetap menjadi minoritas kecil di tengah lautan Arab Palestina yang besar. Minoritas yang tertindas atau terbunuh, seperti kondisi mereka saat tinggal di negara-negara Arab zaman dulu. Dan Yahudi yang mampu, tentu akan kabur ke Amerika atau Eropa,” imbuhnya.
Selain itu, Morris juga meramalkan waktu di mana kondisi yang ia jelaskan tadi akan terjadi. Menurutnya, Palestina hanya melihat sesuatu dari perspektif jangka panjang, dengan pertimbangan saat ini ada lima hingga tujuh juta Yahudi di tengah jutaan Arab.
“Dengan begitu, tidak alasan bagi Palestina untuk menyerah karena Negara Yahudi tidak akan bertahan lama. Kemenangan pasti akan datang kepada mereka, dalam waktu 30 atau 50 tahun, mereka akan menang atas kita,” lanjutnya.
Loading...
0 Response to "Sejarawan Yahudi Ramal Israel Akan Hancur Dengan Sendirinya"
Post a Comment